Ponpes Dayah Darul Ilham

Mendidik dengan Ilmu, Membentuk dengan Adab

Pondok pesantren adalah institusi pendidikan yang unik, tidak hanya mengajarkan ilmu agama secara terstruktur, tetapi juga secara fundamental mendorong kemandirian belajar pada santri. Lingkungan yang serba terbatas namun kaya akan sumber daya keilmuan ini secara efektif menstimulasi inisiatif santri dalam menggali ilmu, menjadikan mereka pembelajar seumur hidup yang proaktif. Konsep kemandirian belajar ini adalah salah satu kekuatan utama pesantren.

Salah satu cara pesantren menumbuhkan kemandirian belajar adalah melalui sistem pengajaran sorogan dan bandongan. Dalam sistem sorogan, santri secara individu menghadap guru untuk membaca dan memahami kitab. Ini mendorong mereka untuk mempersiapkan materi secara mandiri sebelum bertemu guru, dan secara aktif bertanya jika ada kesulitan. Sementara itu, dalam sistem bandongan, guru membacakan kitab dan santri menyimak serta membuat catatan. Ini melatih santri untuk fokus, membuat ringkasan, dan mengolah informasi secara independen. Tidak jarang setelah jam pelajaran formal, santri akan berkumpul di kamar atau serambi masjid untuk mendiskusikan kembali materi yang telah diajarkan, saling bertanya, dan menjelaskan kepada teman yang belum paham. Sebagai contoh, setiap malam Minggu pukul 20.00 WIB, sekelompok santri di Pesantren Al-Falah sering mengadakan “mudzakarah” (diskusi ilmiah) untuk membahas kitab kuning yang sedang mereka pelajari.

Selain metode pengajaran, ketersediaan perpustakaan pesantren yang kaya akan koleksi kitab kuning dan buku-buku referensi juga sangat mendukung kemandirian belajar. Santri didorong untuk mencari sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka, melakukan riset sederhana, dan memperluas wawasan keilmuan. Mereka tidak hanya bergantung pada apa yang diajarkan oleh guru di kelas. Pada hari Selasa, 15 April 2025, misalnya, seorang santri dari kelas 4 Aliyah terlihat menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan untuk mencari rujukan tambahan mengenai bab tertentu dalam kitab Fathul Mu’in demi memperdalam pemahamannya. Ini menunjukkan inisiatif tinggi yang muncul dari dorongan untuk mandiri dalam belajar.

Lingkungan pesantren juga mengajarkan santri untuk memanfaatkan waktu secara efektif dan disiplin, yang merupakan prasyarat penting bagi kemandirian belajar. Dengan jadwal yang padat, santri terbiasa mengatur waktu mereka sendiri untuk belajar, mengulang pelajaran, dan menghafal di luar jam pelajaran resmi. Mereka tidak perlu diawasi secara ketat; kesadaran internal untuk terus belajar muncul secara alami. Kemampuan ini menjadi bekal berharga ketika mereka lulus dari pesantren dan harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau terjun ke masyarakat. Pola pikir mandiri dan inisiatif tinggi ini menjadikan alumni pesantren sebagai individu yang adaptif dan terus haus akan ilmu pengetahuan, siap menghadapi berbagai tantangan hidup di masa depan.